Skip to main content

Film

‘Sikap Toleransi’

Sekolah Islam Inklusif Mengurangi Kasus Bullying Terhadap Siswa Indonesia Penyandang Disabilitas

Sekolah-sekolah di Indonesia menghadapi krisis perundungan: 41 persen siswa Indonesia pernah melaporkan adanya perundungan, dan hingga 40 persen kasus bunuh diri anak di Indonesia terkait dengan perundungan. Anak-anak penyandang disabilitas sangat rentan terhadap jenis pelecehan ini – dan terus menghadapi rintangan berat untuk tetap bersekolah. Beberapa sekolah telah menemukan cara untuk mengurangi masalah ini – membuat ruang kelas mereka lebih inklusif. Ketika siswa penyandang disabilitas diikutsertakan, bukan dipisahkan, mereka cenderung tidak mendapatkan stigmatisasi oleh rekan-rekan mereka yang bukan penyandang disabilitas. Pada tahun 2018, sekitar 13,2 persen sekolah umum di Indonesia bersifat inklusif, sementara hanya sekitar 0,04 persen sekolah Islam di Indonesia, yang dikenal sebagai madrasah, yang inklusif. Karena 15 persen dari seluruh siswa Indonesia bersekolah di madrasah, sangat penting bagi sekolah-sekolah ini untuk mencegah stigma dan kekerasan terhadap siswa penyandang disabilitas. Salah satu sekolah tersebut, MI Ma’arif Keji, telah mengalami beberapa keberhasilan dalam membuat ruang kelasnya menjadi inklusif, memberikan harapan bahwa sekolah-sekolah lain dapat dan akan mengikutinya. *Video termasuk deskripsi audio. *Baca bersama dengan mengklik tombol cc pada pemutar YouTube Anda.

Photo of Naufal Asy-Syaddad.

Filmmaker: Naufal Asy-Syaddad

Naufal Asy-Syaddad is a disability rights activist with autism. After joining Yogasmara Foundation’s finance staff last year, Asy-Syaddad became chairperson of the foundation’s youth group. Yogasmara Foundation provides accommodation, accessibility, and advocacy services for Indonesians with autism and developmental disabilities to gain equality in fulfilling their rights as citizens. The foundation was started by his mother, disability rights activist Lani Setyadi. It is based in Semarang, the capital of Central Java.  

In 2015, Asy-Syaddad was selected to be a “disability ambassador” representing Indonesia at a training in Thailand on the rights of persons with disabilities. Beyond his work with the Yogasmara Foundation, Asy-Syaddad is a talented mathematician, achieving top honors in national competitions and garnering local press attention. He recently earned a mathematics degree from Diponegoro University. With the Disability Justice Project, he hopes to share his experiences to end the stigma and discrimination against persons with autism.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

fapjunk.com