Transcript for Cara Belajar yang Berbeda
Video dimulai dengan musik piano lembut dan layar animasi hitam, merah, putih, dan biru. Teks merah pada layar biru muda bertuliskan, “Naufal Asy-Syaddad.” Di bawahnya, teks putih bertuliskan, “DJP fellow from Indonesia.” Sulih suara Naufal Asy-Syaddad mengatakan, “Halo teman-teman. Perkenalkan, nama saya Naufal Asy Syaddad, DJP fellow dari Indonesia.”
Dipotong ke layar animasi hitam, putih, dan merah melingkar. Teks putih pada layar biru laut mengatakan, “Tema video ini.” Suara Asy-Syaddad melanjutkan, “Saya akan mengangkat tema kendala dalam mendapatkan kesempatan kerja bagi penyandang autisme.”
Dipotong ke layar animasi hitam, merah, putih, dan biru. Teks putih pada layar biru bertuliskan, “Kendala dalam mendapatkan kesempatan kerja bagi penyandang autisme.” Sulih suara Asy-Syaddad berlanjut, “Sebagai penyandang disabilitas autisme, mereka masih banyak mengalami kesalahpahaman.”
Dipotong ke layar animasi hitam, putih, dan merah melingkar. Teks putih pada layar biru muda bertuliskan, “Narasumber dalam video ini.” Sulih suara Asy-Syaddad berlanjut, “Sehingga ketika mereka sudah dewasa dan tiba waktunya untuk mencari pekerjaan, hal ini memiliki kesulitan tersendiri.”
Dipotong ke layar animasi merah dan merah muda melingkar. Teks merah pada layar putih bertuliskan, “M Atarriq Husein / Musisi penyandang autisme.” Sulih suara Asy-Syaddad berlanjut, “Kita memiliki 2 orang narasumber, yaitu Husein dan Faisal.”
Dipotong ke layar animasi merah dan merah muda melingkar. Teks merah pada layar putih bertuliskan, “Muhammad Faisal Hakim / Pengusaha telur asin penyandang autisme.” Sulih suara Asy-Syaddad berlanjut, “Mereka akan menceritakan bagaimana upaya-upaya mereka dalam mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan.”
Dipotong ke pan shot M. Attariq Husein, seorang pria dan musisi Indonesia penyandang autisme, mengenakan kemeja merah dan berbicara dengan para siswa di ruang kelas musik. Di latar belakang, seorang anak laki-laki Indonesia mengenakan kacamata dan kemeja hitam memainkan keyboard. Seorang pria Indonesia yang mengenakan masker wajah biru, kacamata, dan kemeja bermotif mustard, memperhatikan siswa yang sedang bermain keyboard. Sebuah papan tulis dan dinding plum berada di belakang mereka. Di sebelah kanan, seorang pria Indonesia duduk di meja, mengenakan masker wajah putih dan kemeja bermotif hijau-merah.
Dipotong ke dengan Husein yang berbicara dengan seorang gadis muda Indonesia yang mengenakan jilbab putih. Pria Indonesia yang mengenakan masker wajah biru dan kemeja bermotif mustard bergabung dalam percakapan mereka. Di latar belakang, seorang anak laki-laki Indonesia duduk di tanah di sebelah kiri, dan anak laki-laki lain membuka pintu kelas.
Dipotong ke Husein, mengenakan kemeja hitam-merah dengan tulisan putih dan gambar orang di atasnya, duduk di sofa dua tempat duduk berwarna coklat di sebuah ruangan. Dinding krem berada di latar belakang. Asy-Syaddad, seorang pemuda Indonesia yang mengenakan kacamata, celana putih, dan kemeja hijau muda, bergabung dengan Husein di sofa. Asy-Syaddad berbicara ke kamera, “Saat ini saya sedang bersama Muhammad Atarriq Husein. Nah, dia ini adalah penyandang diasabilitas autisme yang lahir pada tanggal 26 Januari tahun 2000. Jadi usianya dia itu sudah 22 tahun. Nah, dia itu memiliki bakat di bidang musik.”
Dipotong ke Husein bernyanyi ke dalam mikrofon di ruang kelas musik. Sebuah papan tulis, dudukan mikrofon, amplifier, speaker, dan barang-barang kelas lainnya berada di latar belakang. Voiceover Asy-Syaddad berlanjut, “Dan dia itu telah memiliki banyak prestasi di bidang musik.”
Dipotong ke Husein dan Asy-Syaddad yang duduk di sofa dua tempat duduk berwarna coklat. Husein berbicara ke kamera, “Ada. pasti itu ya, kendalanya itu. Bukan hanya kuliah jurusan musik. Gue aja yang gak tahu… apa ya… kan di sekolahku kan nggak ada diajari not balok, semuanya itu dari otodidak. Semuanya itu dari otodidak, jadi benar-benar sesuai kemampuannya, dipelajari sendiri-sendiri itu. Kalau di perguruan tinggi yang asli itu, saya diceritain sama guru saya Pak Harsono, ‘Lu kuliah di situ gak bakal mampu.’” Musik piano yang lembut memudar.
Dipotong ke Husein yang sedang menabuh drum di atas drum set hitam di sudut ruang kelas musik, di depan dinding plum. Sebuah gitar bass, amplifier, dan speaker hitam berada di sebelah kanan. Seseorang bernyanyi dengan musik di luar kamera. Husein melanjutkan suaranya, “‘Gak bakal mampunya gimana, gak bakal mampu. Lu akan ditanyain rumus, ditanyain not balok, ditanyain tulisan, yang gambar musik,’ sebenarnya kita gak mempelajari itu. Kita gak ada fasilitasnya seperti itu, baik di sekolah.”
Dipotong ke Husein dan Asy-Syaddad yang duduk di sofa coklat. Husein berkata, “Umum kayak belajar itu, balik lagi ke SMP dulu, kalo belajar kuliahnya itu balik lagi ke situ, lha saya gak mau. Ada kendalanya juga sih, nah kan untuk kuliahnya sendiri kalau untuk sekarang ini ya, untuk sekarang ini ABK baru masuk yang tuna rungu, tuna netra, sama tuna daksa. Yang tidak peduli fisiknya seperti apa yang penting otak mereka [non-disabilitas]. Sementara mereka yang memiliki autisme dan disabilitas psikologis, meskipun memiliki tubuh [non-disabilitas], seperti Anda, mereka memiliki [kebutuhan belajar] yang berbeda.” Musik piano yang lembut diputar lagi.
Dipotong ke Husein yang sedang bermain drum di ruang kelas musik. Voiceover Husein berlanjut, “Ho di bawah (rata-rata) itu lho… itu yg sangat disayangkan sama, itu lho di Indonesia, itu aja sih. Ada kendalanya sendiri makanya saya nggak mau lagi berkuliah.”
Dipotong ke Husein dan Asy-Syaddad yang duduk di sofa coklat. Asy-Syaddad, menoleh ke Husein, bertanya “Berkuliah di bidang musik ya?” Husein menjawab, “Nggak. Ya karena. Ada kendala. Bukan kendala sih, lebih tepatnya saya nggak tahu apa itu not balok, itu saya gak tahu apa itu itu. Kan pasti ditanyain juga itu, yang namanya rumus, misalkan ke matematika itu juga ditanyain juga itu.”
Dipotong ke Muhammad Faisal Hakim, seorang pria dan pengusaha Indonesia yang menyandang autisme, berjongkok di lantai ubin, mengelap telur rebus dalam mangkuk plastik ungu dengan kain kuning. Dia mengenakan kemeja biru kehijauan, celemek merah-putih, sarung tangan plastik transparan di tangan kanannya, dan celana hitam. Mangkuk plastik biru muda berada di sebelah kiri mangkuk plastik ungu, dan bak plastik dengan penutup merah dan label putih, berisi cairan dan telur rebus, berada di sebelah kanan. Di latar belakang, sebuah telepon dan tas hitam tergeletak di atas sofa abu-abu dan coklat.
Dipotong ke Faisal, ibunya, seorang wanita Indonesia yang mengenakan jilbab merah dan kacamata, duduk di atas pelatih putih-coklat bersama Asy-Syaddad. Faisal duduk di sebelah kiri dan mengenakan kemeja berwarna biru kehijauan dengan desain dan teks bertuliskan, “Thailand,” di tengahnya. Ibu Faisal duduk di tengah dan Asy-Syaddad duduk di sebelah kanan, mengenakan kemeja hijau muda dan kacamata hitam. Asy-Syaddad berkata ke kamera, “Saat ini saya bersama dengan Budhe Sri Murni dan Faisal. Nah Faisal ini adalah penyandang autisme juga yang telah berusia 25 tahun ya?” Ibu Faisal berkata, “Enam.” Asy-Syaddad melanjutkan, “26 tahun ya, dia telah berusia 26 tahun, sekarang dia penyandang autisme yang berwirausaha.”
Dipotong ke Faisal yang berjongkok di lantai ubin. Ia selesai membersihkan telur rebus dalam mangkuk plastik ungu dengan kain kuning. Ia memindahkan telur itu ke mangkuk plastik biru muda di sebelah kiri. Suara ibu Faisal mengatakan, “Untuk kendalanya tetap banyak Naufal ya, di sana mungkin dia tidak bisa mengikuti instruksi dari kepala sekolahnya.”
Dipotong ke Faisal, ibunya, dan Asy-Syaddad duduk di dalam kamar. Ibu Faisal berbicara kepada Asy-Syaddad dengan gerakan tangan, “Harus bagaimana, harus setelah ini, ini, ini, ini, Faisal tidak punya ide, seperti itu.”
Dipotong ke memperbesar dari Faisal yang mengenakan sarung tangan plastik dan menggiling siung bawang putih menggunakan lesung dan alu di atas lantai berubin putih. Sebuah bak mandi putih berada di sebelah kiri, dan dua handuk dapur berwarna-warni tergeletak di sebelah kanan. Sulih suara ibu Faisal berlanjut, “Tetapi, saya sebagai orang tua ketika Faisal itu sebelum masuk ke sana pun kan saya sudah, apa ya.”
Dipotong ke Faisal, ibunya, dan Asy-Syaddad. Ibu Faisal berbicara dengan gerakan tangan, “Mengusahakan di rumah itu ada sesuatu yang harus dia kerjakan, yaitu membuat telur asin.”
Dipotong ke bidikan close-up Faisal yang terus membersihkan telur rebus. Dia menempatkan telur lain di mangkuk plastik biru muda.
Dipotong ke Faisal, ibunya, dan Asy-Syaddad. Ibu Faisal berbicara dengan gerakan tangan, “Pernah. Dulu pernah daftar ke bandeng juwono ya, itu atas saran Bu Ema, Emanuella,
kenal kan? Itu beliau di sana.”
Dipotong ke bidikan close-up Faisal yang selesai menggosok telur terakhir dan berbalik untuk mengambil lesung dan alu di sebelah kiri. Satu mangkuk beras dan satu mangkuk lagi berisi cabai merah, siung bawang putih, dan jempol jahe berada di antara lesung dan mangkuk plastik. Suara ibu Faisal berlanjut, “Dan Faisal juga sudah mengikuti tes-tes, tes psikologi, tes ini.”
Dipotong ke Faisal, Asy-Syaddad. Ibu Faisal berbicara dengan gerakan tangan, “Ternyata dari pihak sana pun ada beberapa yang terima, tetapi ada bagian tertentu yang tidak mau
terima.”
Dipotong ke Faisal menyendok cabe yang sudah dihancurkan keluar dari mortalnya dengan sendok sayur berwarna merah muda dan krem dan mencampurkannya ke dalam bak plastik di sebelah kiri. Bak itu berisi cairan, dan sebuah label putih juga ada di atasnya. Voiceover ibu Faisal berlanjut, “Karena apa, Faisal sudah anaknya yang sudah mulai tak teratur di misalnya untuk sholat. Kalo bekerja di erlina itu kan di bandeng juwono gak bisa kan untuk kamu sholat harus tepat waktu.”
Dipotong keFaisal yang dibungkus kantong plastik, direndam di dalam bak plastik dengan label putih. Sulih suara ibu Faisal berlanjut, “Padahal di sini sedang banyak yg membeli, seperti itu. Takutnya nanti Faisal itu di sana ketemu orang banyak, dengan suara-suara orang-orang yang keluar, yang mungkin Faisal belum… belum.”
Potongan ke Faisal, ibunya, dan Asy-Syaddad. Ibu Faisal berbicara dengan gerakan tangan, “Mudeng dan nanti terbawa akhirnya dari pihak sana, sepertinya Faisal bekerja di rumah saja. Alhamdulillah saya senang sekali.” Musik piano lembut memudar.
Dipotong ke Faisal duduk bersila di lantai, memegang karton plastik berisi telur yang sudah jadi. Sebuah label pada karton bertuliskan, “Mas Faizal,” dalam Bahasa Indonesia. Sebuah bak plastik dengan tutup merah berada di sebelah kanan. Pengisi suara Asy-Syaddad mengatakan, “Jadi, kesimpulannya adalah individu autisme mengalami kesulitan mendapatkan kesempatan kerja dikarenakan kondisi khusus mereka, yaitu perbedaan cara komunikasi dan sosialisasi.” Musik band dimainkan dan seseorang bernyanyi bersama di luar kamera.
Dipotong ke Husein yang sedang bermain drum di ruang kelas musik. Saat lagu berakhir, dia meletakkan stik drumnya. Pengisi suara Asy-Syaddad melanjutkan, “Serta kurangnya penerimaan masyarakat terhadap penyandang autisme.” Orang-orang bertepuk tangan dan bersorak dalam Bahasa Indonesia di luar kamera.
Fade ke teks hitam dengan garis tepi kuning pada layar hitam yang bertuliskan, “Copyright – @2022 Yogasmara Foundation. Semua hak cipta dilindungi undang-undang.”
Fade ke teks hitam dengan garis tepi kuning pada layar hitam yang bertuliskan, “Dibuat dengan dukungan dari Proyek Keadilan Disabilitas dan Disability Rights Fund.” Logo Disability Justice Project adalah huruf “D” besar berwarna kuning dengan tombol putar hitam di tengahnya untuk menandakan video storytelling, dan teks putih bertuliskan “Disability Justice Project” di kiri bawah. Logo Disability Rights Fund – kotak putih dengan teks hitam bertuliskan, “Disability Rights Fund” – berada di kanan bawah layar.