Transcript for Hak untuk Memilih
Video dimulai dengan Ariani Soekanwo, seorang perempuan Indonesia berusia 76 tahun yang memiliki penglihatan rendah. Ibu Ariani adalah pendiri PPUA Disabilitas (Pusat Pemilihan Umum Akses Warga Negara dengan Disabilitas). Beliau mengenakan jilbab oranye. Empat bingkai foto, termasuk penyandang disabilitas di bilik suara, digantung di dinding di belakangnya. Musik berirama cepat dari keyboard dan gitar diputar di latar belakang sepanjang durasi video. Ibu Ariani, berbicara dalam Bahasa Indonesia, berkata, “Nama saya Ariani Soekanwo.”
Muncul Ibu Ariani Soekanwo sedang berbicara di depan mikrofon dalam sebuah pertemuan. Beliau mengenakan jilbab kuning.
Muncul Ibu Ariani Soekanwo sedang berbicara di di depan di sebuah podium. Dia mengenakan jilbab coklat. Pada podium ada logo perisai bertuliskan, “KOMISI PEMILIHAN UMUM.” Seorang pria dengan satu tangan berada di sebelah kiri, dan pria lain berada di sebelah kanan. Di kiri dan kanan latar belakang terdapat dua potret presiden Indonesia memakai seragam.
Muncul foto Ibu Ariani Soekanwo tersenyum ke arah kamera. Dia memegang sebuah buku. Di sebelah kiri, seorang pria melihat ke kamera. Di sebelah kanan, seorang pria tersenyum ke arah kamera dan memegang buku juga.
Muncul Ibu Ariani Soekanwo berbicara di depan bingkai foto. “Saya sudah terlibat dalam gerakan disabilitas sejak saya masih mahasiswa.”
Muncul gambar logo PPUA di layar putih. Logo PPUA merupakan gambar kotak suara berwarna biru dengan teks biru bertuliskan, “PUSAT PEMILU AKSES DISABILITAS” (Pusat Pemilihan Akses Disabilitas). Empat ikon aksesibilitas berada di bagian bawah kotak.
Muncul Ibu Ariani Soekanwo berbicara di depan bingkai foto. “Pusat Pemilihan Umum Akses Warga Negara Penyandang Cacat (PPUA) didirikan pada tanggal 24 April 2002.”
Muncul foto seorang pria yang berbicara di podium terbuka. Pada podium ada logo perisai bertuliskan, “KOMISI PEMILIHAN UMUM.” Di sebelah kiri, seorang pria melakukan penerjemahan bahasa isyarat. Sebuah spanduk besar di latar belakang bertuliskan, “PUSAT PEMILIHAN UMUM AKSES PENYANDANG CACAT/ [PPUA PENCA
Muncul Ibu Ariani Soekanwo berbicara, “Sebelum PPUA, undang-undang pemilihan umum sangat diskriminatif terhadap penyandang disabilitas.” Muncul foto seorang perempuan yang menjulurkan tangan kirinya ke atas untuk memasukkan surat suara ke dalam kotak suara putih. Huruf-huruf hitam bertuliskan, “KPU” ada di kotak suara. Seorang perempuan lain berada di latar belakang.
Muncul gambar tangkapan layar sebuah artikel berita. Judul berita tersebut berbunyi, “PKU: Orang Gila tak Punya Hak Pilih.” Di bawah judul berita, tanggal publikasi tertulis, “Selasa 12 Feb 2019 07:03 WIB.” Di sisi kiri tangkapan layar terdapat beberapa ikon media sosial. Artikel tersebut menampilkan gambar seorang pria. Di sebelah kanannya ada tiga orang lainnya.
Muncul Ibu Ariani Soekanwo berbicara, “Dalam menggunakan hak untuk memilih, dipilih, dan menjadi penyelenggara pemilu.”
Muncul gambar seorang pria di kursi roda. Dia di sebelah meja berwarna coklat. Di meja itu, duduk seorang pria dan seorang wanita berjilbab hitam. Sebuah papan nama di atas meja bertuliskan, “KPPS 5.” Seorang pria lain memegang pegangan kursi roda. Beberapa pria lain, memegang kamera foto atau video, berada di latar belakang.
Muncul Ibu Ariani Soekanwo yang berbicara, “Setelah sekitar 15 tahun perjuangan PPUA, penyandang disabilitas saat ini memiliki hak untuk memilih.”
Muncul foto Ibu Arinai Soekanwo yang sedang berpose untuk berfoto. Dia mengenakan jilbab hijau. Ada empat pria di sebelah kanan dan enam pria di sebelah kiri. Tiga pria di sebelah kanan Soekanwo dan dua pria di sebelah kiri Soekanwo memegang kertas kuning dalam bingkai emas. Di latar belakang, potret presiden Indonesia digantung di dinding.
Muncul gambar zoom-out dari spanduk “KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA” besar yang bertuliskan, “SOSIALISASI PENDIDIKAN PEMILIH DAN SIMULASI PEMILU 2019 BAGI PENYANDANG DISABILITITAS / JAKARTA, 14 FEBRUARI 2019.” Sebuah podium di depan spanduk itu memuat teks yang bertuliskan, “PARTAI POLITIK PERSERTA PEMILU 2019.”
Ibu Ariani melanjutkan, “Langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.” Muncul foto dua orang pria di sebuah meja. Ada tumpukan surat suara dengan kotak-kotak biru, merah, hijau, dan kuning di atasnya. Seorang pria di meja itu berdiri. Selembar kertas putih dengan teks hitam yang melekat pada tali putih ada di lehernya. Pria yang berdiri itu memberi pria lain yang tidak berlengan sebuah surat suara dengan garis kuning di bagian atas. Pria tanpa lengan meraih ujung depan surat suara dengan mulutnya. Pria lain berdiri di sebelah kiri pria tanpa lengan. Pria ketiga yang duduk di meja sedang menulis di surat suara, di sisi kanan foto. Sebuah pintu di latar belakang dengan selembar kertas putih di atasnya bertuliskan, “KELUAR.”
Muncul foto close-up seseorang yang membaca surat suara dalam huruf Braille. Beberapa foto dari beberapa kandidat ada di surat suara.
Muncul rekaman seorang yang membantu seorang wanita tunanetra. Wanita itu mencoblos surat suara di kotak suara putih yang bertuliskan “KPU” dalam teks hitam. Wanita itu mengenakan jilbab coklat dan kacamata hitam. Yang membantu mengenakan taqiyah putih. Pria kedua berdiri di dekat yang membantu dan wanita yang buta. Orang-orang ada yang berdiri dan duduk di belakang mereka. Beberapa mengambil foto, dan yang lainnya membuat rekaman video. Kilatan kamera berbunyi di latar belakang.
Muncul Ibu Ariani Soekanwo berbicara, “Mereka juga telah bisa mendapatkan hak untuk dipilih sebagai anggota parlemen dan juga untuk menjadi gubernur dan presiden serta walikota.”
Muncul foto seorang kandidat sedang memegang kruk sedang berkampanye. Logo bulat berwarna merah, biru, dan putih ada di kanan atas kemejanya. Kata-kata dalam teks merah, meniru tampilan perangko, bertuliskan “CALEG DISABILITAS.” Teks biru di sebelah kiri bertuliskan, “Untuk Indonesia Sejahtera,” “No. 4.” “IRPAN RUSTANDI, A. Md / CALEG DPRD PROPINSI JAWA BARAT DAPIL I KOTA BANDUNG SAN CIMAHI.” Teks biru di kiri atas bertuliskan, “No. 9” dengan logo bulat berwarna merah, biru, dan putih di bawahnya. Kata-kata di bawah logo dalam warna hitam dan coklat masing-masing berbunyi, “PARTAI PERINDO” dan “PERSATUAN INDONESIA”. Ikon dan tautan media sosial ada di bagian bawah foto.
Muncul gambar kampanye lainnya dari seorang wanita di kursi roda. Dia mengenakan hijab merah-putih. Jempol kirinya ke atas dan tangan kanannya bertumpu pada pahanya. Teks yang dapat dibaca di bawah logo di sebelah kanan bertuliskan, “No. 7 MEITA ELVI SORAYA SALLY,” “CALEG DPR RI,” “DAPRIL 9 JAWA TENGAH,” dan “[KAB, BREBES, KAB, TEGAL, KOTA TEGAL]” Teks di bagian bawah bertuliskan, “BEJUANG TANPA BATAS MEMBANGUN TOLERANSI/ DALAM KEBERAGAMAN UNTUK INDONESIA RAYA.”
Muncul foto gedung DPR RI berwarna putih dengan teks di bagian luar bertuliskan, “MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT/ DEWAN PERWAKILAN RAKYAT/ DEWAN PERWAKILAN DAERAH.” Mobil-mobil diparkir di dekat gedung. Terdapat kolam dengan air mancur di sisinya berada di sebelah kiri gedung dan tempat parkir.
Muncul gambar tangan yang menjatuhkan surat suara ke dalam kotak suara putih. Bendera Indonesia ada di latar belakang. Di kiri bawah, teks bertuliskan, “PILKADA 2020.” Di kanan bawah terdapat dua gambar orang berseragam dalam bingkai masing-masing. Ada tanda tanya di kepala masing-masing.
Muncul Ibu Arinai Soekanwo berbicara, “Dan terbuka kesempatan untuk menjadi anggota penyelenggara pemilu, anggota Bawaslu dan KPU.” Muncul foto logo “BAWASLU” di sebelah kanan. Tulisan di bagian bawah berbunyi, “Seleksi Calon Anggota KPU dan Bawaslu Masa Jabatan 2022 – 2027.” “Logo KOMISI PEMILIHAN UMUM berbentuk perisai ada di sebelah kiri.
Ibu Ariani Soekanwo melanjutkan, “Jadi sekarang anak muda penyandang disabilitas ingin aktif dalam memahami demokrasi.” Muncul foto tiga pria di kursi roda yang berpose untuk foto. Di belakang tiga pria di kursi roda, tujuh orang lagi berpose untuk foto. Di tengah baris kedua, Ibu Ariani berpose di depan kamera. Dia mengenakan jilbab biru. Muncul Ibu Ariani yang sedang berbicara.
Muncul seorang perempuan berkursi roda. Dia sedang melipat surat suaranya pada sebuah bilik suara. Kotak suara yang setengah terbuka bertuliskan, “KPU,” dalam teks hitam di atas meja bertaplak. Lampu Kamera berkilau di latar belakang. Suara Ibu Arini berlanjut, “Dan dapat berpartisipasi dalam menggunakan hak pilihnya.”
Muncul Ibu Arini Soekanwo berbicara, “Karena ini sekarang sudah terbuka, walaupun belum mudah, tapi pintunya sudah terbuka.”
Muncul close-up seorang pria yang memegang berbagai surat suara dan berpose di depan kamera. Seorang wanita mengenakan jilbab oranye berdiri di belakangnya. Dia memegang teleponnya. Sebuah kotak suara “KPU” diletakkan di atas meja di sebelah kanan. Beberapa orang duduk, dan yang lainnya berjalan-jalan di latar belakang.
Muncul Ibu Ariani Soekanwo berbicara.
Potongan gambar seorang pria yang berpose untuk foto di tempat pemungutan suara. Dia mengangkat jari kelingking kirinya ke atas; ujung jarinya tertutup tinta hitam. Seorang pria lain dengan disabilitas fisik memegang surat suara di belakangnya. Seorang pria ketiga menggerakkan pria penyandang disabilitas fisik ke kanan. Beberapa orang berdiri, dan yang lainnya duduk di meja di latar belakang atau mengambil foto atau merekam video. Lampu kamera berkedip dan suara klik di latar belakang.
Kemudian Ibu Ariani Soekanwo berbicara, “Jadi kita harus berani masuk untuk terlibat sebagai penyelenggara pemilu dan anggota parlemen.”
Muncul gambar seorang wanita di kursi roda sedang memberikan suara di bilik suara. Seorang wanita lain di kursi roda di sebelah kanan memberikan suara. Di depan bilik suara, ada beberapa orang berdiri dan ada yang duduk.
Muncul grafik kotak suara abu-abu di layar putih. Tanda centang merah berada di tengah-tengah ikon orang di kursi roda.
Muncul foto seorang pria yang duduk di tempat pemungutan suara. Tiga kotak suara putih di depannya masing-masing bertuliskan, “KPU” dalam teks hitam.
Muncul Ibu Ariani Soekanwo berbicara, “Maka para pejabat dan calon, mereka yang akan memegang kekuasaan, akan memperhatikan pemenuhan hak-hak disabilitas.”
Muncul bagian luar gedung DPR. Dua gedung tinggi berada di sebelah kanannya. Sebuah gedung hijau rendah dan bundar berada di tengah. Anak tangga mengarah ke bagian gedung hijau itu.
Muncul Ibu Ariani Soekanwo berbicara, “Buatlah program dan buatlah anggaran untuk kebutuhan disabilitas.”
Muncul foto lembaran biru di trotoar bertuliskan, “#MenujuDisabilitasMerdeka.” Ikon seseorang di kursi roda, dua pria dan satu wanita, bergandengan tangan.
Muncul foto close-up selembar kertas putih yang ditempelkan pada kemeja kotak-kotak oranye, putih, dan hitam. Teks hitam di atas kertas putih bertuliskan, “MEMBANGUN INDONESIA INKLUSIF DISABILITAS.”
Muncul seorang pria tunanetra, mengenakan kacamata hitam dan menggunakan tongkat putih di sebuah meja. Meja penuh dengan tumpukan surat suara. Pria itu berada di tempat pemungutan suara. Seorang yang membantunya ada di sebelah kanan memegang punggung pria itu. Yang membantu itu juga memegang tongkat putih. Seorang wanita yang mengenakan jilbab krem duduk di meja.
Muncul seorang pria penyandang disabilitas fisik yang menggunakan kruk saat ia berjalan di tempat pemungutan suara di dekat beberapa kotak suara yang diletakkan di atas meja. Beberapa orang duduk di meja hijau, beberapa berdiri, dan yang lainnya mengambil foto atau rekaman video. Kilatan kamera berbunyi di latar belakang.
Muncul bidikan close-up pria lain dengan disabilitas fisik yang bergerak perlahan menuju kotak suara. Kamera berkedip di latar belakang.
Muncul Ibu Arinai Soekanwo yang berbicara, “Jika kita tidak menunjukkan eksistensi kita, maka hak-hak kita akan diabaikan.”