Transcript for Pil Pahit
Video dimulai dengan instrumental piano dan video pengendara sepeda, kendaraan, dan pejalan kaki yang bergerak di sebuah jalan di Jakarta, Indonesia. Gedung-gedung tinggi berada di latar belakang.
Fade ke timelapse kendaraan yang bergerak di jalan yang padat lalu lintas dan pepohonan di Jakarta. Gedung-gedung tinggi berada di latar belakang. Sulih suara seorang perempuan Indonesia dalam Bahasa Indonesia mengatakan, “Saya pernah bekerja di suatu perusahaan A di Jakarta. Pada tahun 2012 itu saya di PHK karena ketahuan sebagai penyandang disabilitas mental.”
Dipotong ke orang di balik sulih suara – Nurhayati Ratna Sari Dewi, seorang perempuan Indonesia yang mengenakan jilbab kuning. Dia adalah Ketua Ikatan Kesehatan Jiwa Indonesia (IMHA) atau biasa disebut Perkumpulan Jiwa Sehat Cabang Jakarta. Dewi duduk di luar dan berbicara kepada kamera: “Saya banyak bekerja selama 20 tahun di pekerjaan saya, tetapi waktu itu memang ada pengalaman pahit dimana saya ketahuan bahwa saya menderita Bipolar Disorder lalu saya di PHK.” Beberapa tanaman dan tangga eksterior berada di belakangnya.
Dipotong ke arah Dewi yang sedang bekerja dengan laptop di sebuah kantor. Dia mendongak untuk berbicara dengan seseorang di luar kamera. Sebuah meja panjang dengan barang-barang kantor berada di belakangnya.
Dipotong ke Dewi berbicara di luar, “Saya pada waktu awal kerja itu biasa biasa aja, sebenarnya saya mulai disabilitas mental sekitar 1997 ketika usia saya 18 tahun, setelah itu sih keadaan saya masih ringan jadi tidak perlu ke dokter setiap bulannya.”
Dipotong ke Dewi yang duduk di sebuah meja di luar. Dia mengenakan kacamata dan jilbab ungu. Dia berbicara dengan rekan kerjanya, yang mengenakan jilbab putih di sebelah kiri, dan orang lain yang berada di luar kamera.
Dipotong ke Dewi berbicara, “Saya ketika itu relapse lagi kan 2011 ketika saya mengalami baby blues postpartum. Nah, saya tuh tidak tahu juga bahwasanya penyakit ini nih harus berobat rutin ke dokter.”
Dipotong ke Dewi yang sedang melihat-lihat dokumen dengan seorang rekan kerja di kantor. Rekan kerjanya, yang duduk di sebelah kiri, memeriksa dokumen dengan pena. Sebuah laptop berada di depan Dewi. Dewi mengenakan jilbab krem, dan rekan kerjanya mengenakan jilbab putih. Rekan kerjanya yang lain, mengenakan hijab hitam, duduk di meja panjang di latar belakang. Sulih suara Dewi berlanjut, “Saya relapse lagi 2012. Tapi pada waktu 2011 tuh saya waktu relapse tidak bercerita bahwasanya saya ke psikiater.”
Cut to Dewi berbicara, “Nah, tahun 2012 nya itu pas saya ke psikiater dan diketahui oleh dokter kantor bahwa saya penderita bipolar, Akhirnya stigma berkembang.”
Dipotong ke Dewi berbicara melalui telepon seluler. Dia duduk di kursi biru-putih dan bersandar pada dinding putih.
Dipotong ke Dewi berbicara, “Yaa, saat itu saya ya menerima aja karena saat itu tuh memang stigma akan disabilitas mental atau mental illness kan memang.”
Dipotong ke gambar Dewi dan dua rekan kerjanya yang sedang mengerjakan laptop di sebuah kantor. Seorang perempuan duduk di sebelah kiri, Dewi di tengah, dan seorang laki-laki berkacamata di sebelah kanan. Sulih suara Dewi melanjutkan, “Negatif sekali gitu ya, kalau ketahuan di PHK seperti itu jadi ya sudahlah saya menelan pil pahit itu.”
Dipotong ke Dewi yang sedang melihat-lihat dokumen di kantor. Seorang pria berdiri di belakangnya. Sulih suara Dewi melanjutkan, “Pada saat yang sama, teman saya pun menderita penyakit gagal ginjal.”
Dipotong ke Dewi berbicara, “Dimana saya dan dia itu sama-sama chronic disease. Jadi penyakit yang lama gitu ya, tetapi saya dipecat dan dia enggak. nah, saya tuh merasa disitu kok enggak adil ya?”
Dipotong ke Dewi yang sedang mendengarkan dan mencatat di buku catatan saat seseorang di luar kamera berbicara kepadanya. Dewi duduk di luar bersama orang lain. Dia mengenakan jilbab hitam, kacamata hitam, dan masker wajah multi-warna.
Dipotong ke Dewi berbicara, “Kerugian bagi penyandang disabilitas mental pada saat itu ya kita tidak diberikan akomodasi yang layak misalnya sick leave gitu kan untuk kita beristirahat dan langsung men-judge gitu saja. Kerugiannya yaa stigma dan diskriminasi terhadap kita tuh aduh bener-bener ngga adil banget deh buat kita gitu loh.”
Dipotong ke Dewi dan dua rekan kerjanya yang sedang bekerja dengan laptop di sebuah kantor. Pria itu melepas earbud dan berbicara kepada Dewi dan rekan kerja lainnya. Sulih suara Dewi melanjutkan, “Kita tidak diberikan kesempatan untuk berkarya sehingga yaa itu merugikan kita.”
Dipotong ke Dewi berbicara, “Tapi kan sekarang sudah ada undang undang kan ya nomor 8 tahun 2016 dimana seorang disabilitas tidak boleh diberhentikan karena kedisabilitasan-nya.”
Dipotong ke papan informasi berwarna hijau dan ungu tentang Asosiasi Kesehatan Jiwa Indonesia dalam Bahasa Indonesia. Satu kruk lengan bawah berada di samping tanda informasi.
Dipotong ke Dewi yang berbicara, “Solusinya bagi kita, penyandang disabilitas mental itu kan sebenarnya membutuhkan akomodasi yang layak, penyesuaian-penyesuaian itu. Misalnya kita itu sebagai penyandang disabilitas mental tuh setiap bulannya harus ke psikiater, nah itu dari pihak perusahaan ataupun dari pihak pemerintah yang akan menurunkan PP (peraturan pemerintah) mengenai akomodasi yang layak.”
Dipotong ke gambar close-up tangan seorang perempuan Indonesia saat dia bekerja di laptop. Perempuan itu mengenakan jilbab putih, dan tanaman berada di latar belakang.
Dipotong ke Dewi yang berbicara, “Memperbolehkan kita untuk check-up ke dokter psikiater satu bulan sekali tanpa dihitung cuti. Terus kedua, apabila kita sakit diberikan waktu untuk beristirahat bukannya malah memecat kita.”
Dipotong ke seorang perempuan Indonesia yang mengenakan jilbab dan jas merah muda. Dia berjalan ke jendela, menarik napas dalam-dalam, dan tersenyum. Sebuah rak dengan tanaman berada di latar belakang. Sulih suara Dewi melanjutkan, “Ketiga, diberikan ruang tenang bagi kita apabila kita sudah burn out ataupun pengen istirahat sejenak.”
Dipotong dengan Dewi yang berbicara, “Keempat juga diberikan waktu fleksibel untuk kerja, terkadang kan kita agak susah tidur atau gimana, atau kita diperbolehkan datang telat atau bisa juga dikerjakan dari rumah. kan sekarang kan yang penting kan intinya pekerjaan kita tuh selesai.”
Fade ke dua pekerja kantor yang sedang melihat-lihat dokumen keuangan dengan pena. Di depan mereka, sebuah laptop dan komputer berada di atas meja. Suara seorang perempuan Indonesia dalam Bahasa Indonesia mengatakan, “Saya bekerja di sebuah hotel di bandung sebagai staf akuntansi.” Instrumental piano dari awal video bertransisi ke instrumental piano lainnya.
Dipotong ke orang di balik sulih suara – Lily Puspitasari, seorang perempuan muda Indonesia dengan rambut hitam panjang. Dia mengenakan kacamata hitam, duduk di sebuah ruangan, dan berbicara ke kamera: “Rekan kerja saya tidak membedakan sih, kan belum ketahuan penyakitnya saya itu. Pas itu sih melampirkan surat keterangan dokter pskiater, mangkannya jadi ketahuan.”
Dipotong ke gambar close-up orang Indonesia yang sedang membuka surat di meja kerja. Sebuah laptop, pena, dan buku catatan ada di atas meja.
Dipotong ke Pupsitasari berbicara, “Insiatif sendiri gara-gara saya bolos 2 hari.”
Dipotong ke gambar jarak dekat Puspitasari berbicara, “Yah, sama sekali responnya beda banget sama yang saya harapkan supaya perusahaan maklum atas kenapa saya bolos 2 hari.”
Dipotong ke Puspitasari melangkah melewati pintu cokelat.
Dipotong ke Puspitasari berbicara, “Pada saat itu saya tidak mendapatkan surat peringatan 1, surat peringatan 2, tetapi langsung saya diberhentikan pada esok harinya setelah saya melampirkan surat keterangan dari psikiatri itu.”
Dipotong ke Puspitasari yang duduk di luar dan membolak-balik majalah. Suaranya berlanjut, “Seharusnya menurut saya, harusnya diberi kesempatan untuk menjelaskan mengapa saya melampirkan surat sehat keterangan dari psikiatri itu.”
Dipotong ke Puspitasari yang sedang berbicara.
Dipotong ke seorang perempuan Indonesia yang tampak kesal. Dia mengerutkan kening, dan tangannya berada di pelipisnya. Rambut hitam perempuan itu dengan gaya rambut yang ditarik ke belakang. Dia duduk di meja kerja, dan di sebelah kanannya, sebuah kotak kardus kecil berisi binder dan barang-barang kantor lainnya. Seorang rekan kerja menghampirinya dan menepuk pundaknya untuk menghiburnya.
Cut to Puspitasari berbicara, “Jangan langsung tiba-tiba diberhentikkan. Seharusnya pemerintah juga memberikan akomodasi yang layak supaya saya bisa merasa ada kesempatan kedua untuk bekerja, misalnya ada ruang tenang kalau misalnya tiba-tiba lagi stress, lagi merasa produktivitasnya rendah ada ruang tenang.”
Dipotong ke tanaman, meja, dan dua kursi di balkon gedung pencakar langit. Gedung-gedung pencakar langit lainnya berada di latar belakang.
Cut to Puspitasari berbicara, “Pekerjaan juga bisa dilakukan di rumah.”
Cut to close-up shot tangan orang Indonesia yang sedang mengerjakan laptop di meja kerja. Tumpukan buku ada di atas meja. Voiceover Puspitasari melanjutkan, “Obat obatan psikiatri itu kan kadang kadang bikin susah bangun pagi.”
Cut to Puspitasari mengambil minuman di samping kompor dapur dan meneguknya. Konter-konter dapur penuh dengan bahan masakan dan alat-alat memasak. Suaranya berlanjut, “Jadi lebih baik misalnya biasanya kerjanya jam 8 pulang jam 5, digeser jadi perginya jam 10, pulangnya jam 7 malam ngga papa menurut saya.”
Dipotong ke seorang wanita muda Indonesia yang mengenakan jilbab berwarna krem. Dia sedang bekerja di depan komputer di sebuah kantor bersama dua rekan kerjanya. Semua pekerja mengenakan kemeja biru.
Cut to Puspitasari berbicara, “Harusnya masyarakat juga memperlakukannya jangan beda-beda gitu kan sebagai sesama manusia pasti banyak kekurangannya, jadi lebih baik sih jangan dibedakan karena itu akan membuat orang yang disabilitas mental itu jadinya jadi down.”
Fade ke teks hitam dengan garis tepi kuning pada layar hitam yang bertuliskan, “Copyright – @2022 IMHA. Semua hak dilindungi undang-undang.”
Fade ke teks hitam dengan garis tepi kuning pada layar hitam yang bertuliskan, “Dibuat dengan dukungan dari Proyek Keadilan Disabilitas dan Dana Hak Disabilitas.” Logo Proyek Keadilan Disabilitas adalah huruf “D” besar berwarna kuning dengan tombol putar hitam di tengahnya untuk menandakan video bercerita, dan teks putih bertuliskan “Proyek Keadilan Disabilitas” di kiri bawah. Logo Disability Rights Fund – kotak putih dengan teks hitam bertuliskan, “Disability Rights Fund” – berada di kanan bawah layar.